Sabtu, 31 Agustus 2019
Sementara
Sore ini, ketika tak ada air minum yg dapat kuminum, seseret tenggorokan sehabis makan gorengan di suatu tempat di kota hujan.
Aku tak sendiri, bersama salah satu temanku. Sementara di seberang sana ada yang sedang bermain game, ada yang sedang beribadah, ada yang sedang bekerja, ada juga yang sedang bahagia melihat putra kelahirannya ataupun duka karena keluarga telah tiada. Beragam tentunya. Kenapa dengan sementara? Terlintas begitu saja dimana ktp saya merupakan ktp sementara karena sempat hilang dan kini sedang menunggu pembuatan ktp ulang sementara blangkonya masih kosong dan juga ktm sementara dikarenakan tahun pertama.
Apakah segalanya itu sementara? Yang berkenaan dengan aspek duniawi, saya rasa ada banyak pendapat yang mengatakan demikian, namun tidak bisa kita sanggah bahwasanya ada yang sifatnya itu abadi, cinta misalnya, ya begitulah, sementara ini saya akhiri dulu ya.
Andong, dari Kamu Kutemukan Aku
Pagi itu, ketika orang-orang sibuk mencari apa ingin mereka capai, aku termenung, terbayang kenapa jadi seperti ini, omong kosong soal cita-cita yang tinggi, omong kosong soal mimpi yang ingin kucapai, ah semuanya kenapa jadi begini, ketika orang-orang memilih untuk beraktivitas, kuat sekali godaan kasur ini, mengalahkan gravitasi bumi saja.
Dering ponsel berbunyi,
menandakan ada notifikasi yang masuk, dari dia kah? Yang selama ini hilang
entah kemana, lenyap ditelan oleh rentetan senja. Sepertinya bukan, melihat
kontak yang terpampang , kenapa menghubungi pagi-pagi begini, tidak bisakah
mengangguku sehari saja, dia yang menurutku cukup cantik untuk seorang wanita
remaja yang sedang menuju fase dewasa. Jika saja aku telah pantas untuk
bersanding dengannya, sudah dari dulu ku ungkapkan perasaanku. Ah itu hanya
pengandaian saja, toh aku masih disini, masih bersama kasur yang setia menemani
malam dan pagiku.
Hari ini mau kemana ya?
Setelah menghabiskan cokelat panas kupaksakan raga ini untuk menuju garasi,
hunianku terbilang sederhana, di sudut kota yang kata orang penuh dengan
kenangan, apalagi jika bukan Yogyakarta.
Drrrrt Drttttt
“Hallo, ada apa?”
“Sore ini hingga besok
apa kau ada acara?
“Tidak, memangnya
kenapa?
“Kita mendaki yuk, aku
ajak alwi dan bima, mereka mau katanya,
“Mepet sekali
mengajaknya, belum persiapan ini, mendaki kemana memangnya?
“Ke andong, Cuma 1700an
mdpl kok”
“Bukan begitu bang,
bukan masalah seberapa tinggi puncak yang akan kita
“Sudah intinya mau atau
tidak, tidak usah ceramah pagi-pagi begini.
“Okelah, aku siapkan
motor dulu, nanti kumpul di tempatku tapi ya, biar kujemput si Bima. Kau jemput
Alwi.
“Oke.
Si Panca memang begitu
orangnya, mendadak bisa dibilang tanpa perhitungan yang matang, itu hanya
pandanganku saja, mungkin karena aku belum mengenal dekat karakternya seperti
apa, dia teman sma dari kota seberang.
Menjadi mahasiswa
menjalani rutinitas demi rutinitas yang cukup melelahkan tentu harus seimbang,
antara berpikir dan bertindak, mengambil kegiatan kegiatan yang positif
sehingga skill kita dapat berkembang.
Ransel kusiapkan, baru
ingat sudah dua bulan lebih aku tak lari sore, jadi apa nanti, jangan-jangan
baru naik sebentar sudah ngos-ngosan, eh tunggu dulu, si Alwi kan ikut, nanti
kita mengikuti iramanya tentunya, dia yang paling tambun diantara kami
berempat.
Sang surya seakan tahu
kemana kaki ini akan melangkah, dia pun menuju ufuk barat, tepat ketika panca
datang bersama alwi, aku bersama bima sedang berbincang bagaimana bisnis perjalanan
yang akan kita bangun, kami sama-sama hobi berpetualang, bagaimana hobi itu
kita jadikan bisnis, toh seru juga tantangan baru untuk kami.
“Ini kita gapunya
karil, tenda, semua peralatan pendakian pun tak punya, gimana nanti bisa naik
keatas? Lagipula ini weekend lho pasti ramai kan, kan malu keliatan kalo kita
tak pernah mendaki”
“Udah yang penting kita
kesana dulu, toh ada tempat penyewaan barang biasanya, ada niat ada jalan,
keburu kemalaman, langsung aja yuk.
Perjalanan menggunakan
roda dua kami tempuh sekitar 3 Jam, sore hari dari kota Yogyakarta, menuju
beberapa kilo dari basecamp pendakian, kami putuskan untuk mengisi perut
terlebih dahulu, dingin mulai menyerbu, tepat sekali untuk memesan secangkir
jahe hangat dengan santapan nasi goreng khas desa. Khas karena nasi gorengnya
basah, kalian harus coba , rasanya itu seperti banyak airnya begitu. Setelah
mengisi perut kami mencari warung terdekat untuk membeli sejumlah makanan untuk
disantap di tenda nanti.
Ramai sekali malam ini,
lihat saja banyak sekali motor bertamburan seperti ini, yasudah kita langsung
saja mendaftarkan diri untuk mendaki, kami membagi tugas aku dan alwi
mendaftarkan diri sedangkan bima dan panca menyewa peralatan. Pukul 10 malam
setelah kami beristirahat dan sholat jamak maghrib dan Isya, kami melakukan
pendakian pertama, tidak hanya untukku saja, ini pendakian perdana untuk tiga
temanku ini, dasar amatiran, ckck.
#pendakianandong1
Langganan:
Postingan (Atom)