Rabu, 29 Mei 2019

Bener ga ya???

Pernah berpikir sebenarnya yg kita lakukan itu benar apa engga sih, kepikiran terus sampe akhirnya aktivitas lain ga dilakuin karena pikiran itu, lalu bagaimana mengatasi pikiran pikiran yg hadir yg terkadang membuat kita merasa ragu akan keputusan yg kita ambil atau sesuatu yg telah kita lakukan. Ragu apakah itu sesuatu yg benar, atau sebaliknya. Didalam tubuh manusia,ada segumpal daging yg mana bila daging itu baik maka tubuh baik begitupun sebaliknya, lalu apa kaitannya? Bagaimana aktivitas yg kita lakukan itu ditolerir oleh hati kita dengan syarat hati kita itu murni, lebih sulit lagi dong karena harus memurnikan hati, mana hati udah terlanjur ada kotoran seperti iri, dengki, dan sebagainya.
Karena ruangnya mulai melebar kemana mana, kembali lagi ke topik, lakukan apa yg menurut anda baik, tinggalkan keraguan,ketika ternyata apa yg kita lakukan itu salah, maka perbaikilah, ketika kita gagal, bangkit lagi, pastikan kita punya alasan dan tujuan untuk bangkit dan berjuang

Basmi Kebiasaan Buruk

Tiap orang punya kelebihan dan kekurangannya masing masing, tiap orang pun punya kebiasaan masing masing, kebiasaan timbul dari seringnya aktivitas tersebut dilakukan sehingga menimbulkan kebiasaan, bila kebiasaan kita posutif tentu akan membuat kita menjadi lebih baik namun bagaimana jika sebaliknya, kebiasaan yg buruk sulit untuk diubah, ketika kita menyerukan aksi tidak melakukan kebiasaan buruk itu, selang beberapa hari kebiasaan itu timbul kembali, lalu bagaimana kebiasaan itu dapat hilang sehingga kita dapat menggantinya dengan aktivitas yg lebih bermanfaat,  pembasmian terhadap kebiasaan perlu dilakukan, pembasmian sendiri tidak hanya dilakukan pada batang atau daunnya, harus dari akarnya.
Pada dasarnya, setiap kebiasaan hadir dari sesuatu yg kita lakukan, kemudian kita menyukainya, ketika sesuatu itu dalam perkembangannya berlawanan dengan hukum alam dalam artian kebiasaan yg buruk, tentu sulit untuk mengubahnya, kita harus tegas pada diri kita, dibutuhkan ketegasan untuk memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik lagi.

Selasa, 28 Mei 2019

Batas mengagumi

Pernah mengagumi sesuatu? Mengagumi ciptaan-Nya, mengagumi sesuatu yg membuat kita merasa lemah, merasa kecil, dan merasa sangat jauh dari kategori menjadi orang yg lebih baik, tidak masalah untuk mengagumi sesuatu ataupun seseorang, yg menjadi masalah dalam hal ini adalah seberapa jauh rasa kekaguman itu hadir dalam diri kita, coba kita telisik lebih jauh, ketika kita mengagumi-Nya, tentu takde batasan atas hal tersebut karena memang pada dasarnya Dia-lah sang Maha Kuasa atas Pemilik Segalanya, lalu bagaimana batas dalam hal mengagumi ciptaan-Nya, dalam tulisan kali ini konteksnya yaitu mengagumi seseorang. Pernahkah mengagumi seseorang? Tiap orang saya rasa pernah mengagumi seseorang, baik itu karena fisiknya maupun batinnya, saya pernah mengagumi seseorang, lalu saya berpikir apakah yang harus saya lakukan terhadap seseorang yg saya kagumi,  apakah saya harus slalu didekatnya, apakah saya harus selalu sejalan dengannya, apakah saya harus memilikinya, tak jarang pikiran itu hadir dalam diri saya, saya pun bingung bagaimana mengontrol hal tersebut, yg perlu diperhatikan dalam hal ini saya rasa adalah batas dari mengagumi itu sendiri, karena ketika kita mengagumi seseorang artinya kita mengagumi ciptaan-Nya, kita termasuk ciptaan-Nya juga, dalam hal ini kita mengagumi sesama kita, kita dapat melakukan apa yg orang kita kagumi lakukan, dalam hal ini bagaimana orang yg kita kagumi dapat menambah diri kita menjadi positif, karena mengagumi tak harus memiliki atau terobsesi untuk menguasainya, karena sesama manusia rasanya punya kelebihan dan kekurangan yg kita harus sadar akan hal itu, agar batas kekaguman kita tak melebih sedikitpun.

Sabtu, 18 Mei 2019

Ngaku ngakunya

Coba sedikit berpikir
Sedikit saja tidak perlu banyak banyak
Lantang orang menyuarakan kebenaran
Lantang pula orang yg menyatakan ia yg paling benar
Lantang orang menyatakan ia orang yg jujur
Lantang orang mengatakan saya bersih
Bukankah kebenaran itu milik bersama?
Bukankah kejujuran milik bersama?

Alangkah lucunya negeri ini
Ketika kebenaran hanya menjadi milik kaum tertentu
Ketika manusia menganggap rendah manusia lainnya
Kebenaran akan tetap menjadi kebenaran
Sementara manusia yang mengaku benar, lantas akan jadi apa ia?
Omong kosong bicara soal itu, selama tak kau pakai topeng menjijikan itu

Jumat, 17 Mei 2019

Bunga Yang Mekar

Bunga yang mekar
Semerbak wangi aromanya
Tak perlu kau tunjukkan pada dunia
Kau tetap jadi pujaan sang pujangga

Bunga yang mekar di taman
Sudikah kau kupetik
Kan kujadikan kau hiasan dalam ruang rumahku

Bunga yang mekar di alam
Indahnya kau berbalut keanggunan berinteraksi dengan makhluk lain
Tak kau tunjukkan kesombongan sedikitpun pada lainnya
Menjadi indah seindah indahnya

Jadilah kau bunga jiwaku
Kelak memenuhi ruang rasa ini
Tak perlu kau tunjukkan indahmu pada dunia
Bukankah keindahan akan didapatkan dengan perjuangan?
Menjadi pilihanku untuk rasa itu

Pergi,menghilang,enyah saja kau!

Datang tak diundang pergi lalu menghilang
Seperti jaenudin saja kau
Eh salah jaelangkung maksudnya
Enyah saja kau dari muka bumi ini

Bukankah kau diciptakan sebagai makhluk mulia?
Kenapa hobi sekali membuat ku hina
Memelas menginginkan perhatianmu

Akulah yang bodoh
Tak tahu sandi morse
Tak tahu sandi kotak satu
Apa kaitannya bangsat

Baiklah biar kujelaskan
Kau datang saat aku dalam tangga kemenangan
Saat kejayaan mulai membuntutiku

Perlahan lahan
Gerilya penuh timbang dalam akalmu
Harta lenyap tinggal puing puing kehancuran
Jiwa hancur menyisakan penyesalan

Sementara kau kini bersama orang lain
Aku yakin orang lain itu akan bernasib tidak lebih baik daripadaku
Ah sudahlah buat apa kusesali bertemu denganku
Tidakkah kau yg sebentar itu mengajarkanku
Bahwa kejayaan tak selamanya mengenakkan

Ara


Kau
Siapa yg tak ingin memilikimu
Siapa yg tak ingin membersamaimu
Lelaki mana yg akan menolak sanggahan ini
Kenapa sulit sekali

Haha lucu sekali diri ini
Berkata sulit sebelum mencoba
Bagaimana caranya?
Bagaimana menggapai bulan bilaku pungguknya?

Apa semesta mendukungku?
Ah sudahlah terlalu banyak yg harus kuurus
Bukan Hanya soal memilikinya

Bukankah cinta pada makhluk juga hal yg semu
Tidak, ini sungguh berbeda
Kenapa wajahmu seakan enggan berpaling dari pikirku
Atau hanya ilusiku menginginkanmu dalam anganku?
Ara

Dimana adilnya itu penglihatan

Wahai gelap gulita
Pancarmu kian menerpa
Saat diri ini ada dalam duka
Kau beri isyarat penuh sayatan luka

Wahai gelap gulita
Kenapa kau tak mau pergi dariku
Kenapa kau penuhi ruang titik dalam hatiku
Hingga tak tahu apakah masih tersisa cahaya dalam diri ini

Hai manusia
Sesuatu dengan akal dipenuhi pikir digandrungi dengan nafsu
Bukankah kau berpikir dengan akal bukan dengan nafsu?
Tidakkah kau berpikir
Bukankah bintang kau lihat ketika gelap menggema dalam ruang semesta
Bukankah cahaya bermanfaat menerangi sebuah kegelapan

Lalu apa artinya suatu cahaya tanpa adanya kegelapan?
Akhrijnii mina dzulumaati ilaannuur
Yang aku inginkan pun begitu
Namun semesta lebih tau takdirku
Menjadi figuran indahnya sebuah cahaya

Wahai jiwa yg dapat melihat indahnya dunia
Wahai ruang kegelapan
Apakah kalian bersekongkol hah?
Agar aku tak dapat melihat cahaya
Cahaya terus menerus kalian nikmati
Kegelapan, sudikah kalian pergi sejenak dari ruang penglihatanku
Agar aku mampu
Melihat diriku sendiri, melihat Indahnya ciptaan-Nya

Tidak, sekali lagi tidak
Bukankah sesuatu telah diciptakan sesuai takarannya
Wahai jiwa yg tak terlihat olehmu seberkas sinar sehelaipun

Tidakkah kau tahu?
Justru ketika gelaplah kita menikmati indahnya kekaguman kita pada Sang Pencipta
Bukankah banyak orang diluar sana berusaha khusuk dengan memejamkan matanya
Bersyukurlah kau tak gunakan pandanganmu tuk maksiat
Karena pandang berhargamu akan bertatap rindu dengan Sang Penata Qolbu

Kamis, 16 Mei 2019

Sebuah renungan

Apa maumu sebenarnya?
Apa yg hendak kau tuju hah?
Kupikir masih ada secercah cahaya dalam dirimu,
Oh Tuhan andai manusia bisa menjadi pengatur nasib manusia lainnya

Tidakkah kau lihat bayi yg sedang menangis itu
Meratapi kenyataan Ia harus ada di dunia ini
Akan jadi apa kelak Ia nanti?

Itulah dirimu 20 tahun lalu,
Tidakkah kau sadar kau pernah menangis?
Namun kenapa kau jadi sebegitu beringis
Tidakkah kau indahkan jerih payah ibumu
Bertaruh nyawa hanya untuk melahirkanmu
Tidakkah kau pahami?

Lihat anak anak itu, bermain berlarian bersama dengan yang lain
Ketika panggilan Tuhan memanggil Ia segera ingat akan dirinya

Tidakkah kau lihat itu hah?
Itulah dirimu 30 tahun yang lalu
Kini kau semakin menua
Tidak, kau tetap sama dengan kau 30 tahun lalu
Hanya saja kau semakin pintar
Semakin pintar membodohi dirimu sendiri
Kau kobarkan semangat berapi api membela agama
Manis dimulut menjadi sajian jitumu
Semakin kehilangan dirimu sendiri
Semakin menjadi jadi kuasa nafsu akan dirimu

Lalu sampai kapan cahaya itu tetap ada?
Percayalah, tiada kata terlambat bagi cahaya itu ntuk bersinar
Dengan istigfar memohon
Karena sejatinya dirimu akan kembali menuju Tuhanmu

Kita hidup untuk mati, dan mati untuk menuju kehidupan kekal abadi

Rabu, 15 Mei 2019

Dasarnya memang begitu

Menyusuri sebuah makna, hanya sebuah makna, sekali lagi hanya sebuah makna yg akan dibahas dalam hal ini, kali ini akan dibahas mengenai sum'ah,masih saudaraan sama riya, sum'ah dapat dijelaskan sebagai menyombongkan diri kita di hadapan umum, menginginkan orang lain tau akan prestasi prestasi kita dengan tujuan agar orang lain nengakui kehebatan kita, agar orang lain tahu bahwa kita hebat, kurang lebih seperti itu. Pada hakikatnya manusia diberikan hawa nafsu, ada sisi positif dan negatifnya, sebagaimana kita ketahui bahwa hawa nafsu dapat mengantarkan kita menjadi manusia mulia hingga jadi hina.
Sum'ah ini menarik untuk dijelaskan, terutama pada jaman modern ini, pesatnya perkembangan teknologi menimbulkan adaptasi yg beragam pada masing2 individu terhadap perkembangan tersebut.
Contoh mudahnya adalah ketika sedang shalat, atau berada di suatu tempat yg bagus lalu kita tunjukkan pada dunia, terlepas dari apa tujuan dari seseorang tersebut baik itu memotivasi mauoun sebaliknya itu tergantung pada individunya, kita tidak boleh menjudge, sama saja hinanya ketika kita menjudge hal tersebut, bamun yg perlu digarisbawahi disini adalah apakah perlu kita umbar2 sesuatu yg dapat menimbulkan multitafsir, bagaimana dampaknya bila kita lakukan hal tersebut, itulah yg seharusnya kita tanamkan dalam diri, berpikir sebelum bertindak.