Pagi tadi saya sempat bingung, ketika hendak menuju kampus mengecek akun ig saya, ada seseorang yang tak dapat dicari alamatnya, sedangkan ketika menggunakan akun bisnis saya dapat kucari alamat tersebut, persepsi biarkan ku kubur dalam-dalam karena itu bukan hanya perihal hak saja, ada kewajiban yang juga harus dilaksanakan.
Tentang seseorang, yang datang eh dihampiri deng, entah kapan dia pergi, entah kapan dia menghilang, semua tampak samar-samar hingga waktu kan menjawab segala pertanyaan yang ada.
Ara, sebut saja begitu. 3 huruf di akhir
namamu, entah kenapa ada getaran yang hadir ketika kusebutkan namamu atau
tersebut nama itu dalam benakku, aku tak tahu, sungguh aku tak tahu. Apakah
masih bisa untuk menemuimu Ra?
Ketika hati ini merasa
kosong, begitu pula jiwa ini, bayanganmu kembali datang, mengisi ruang-ruang
kekosongan itu, aku pun tak tahu? Bodoh sekali tak tahu apa-apa tentang hal
itu. Masih ingatkah kau saat pertama kali kita bertemu? Tak sengaja bukan? Ketika
kuputuskan untuk menuju kampung halaman Ibu, sekadar melepas rindu melihat
nisannya, kemudian aku ingin kembali ke rumah, rumah kita hanya berbeda
beberapa kilo saja, namun sayang kita baru mengenal setelah kita berada di
kejauhan masing-masing. Aku datangi rumahmu, berbekal diri tak membawa apa-apa,
bertemu dengan kedua orang tuamu sungguh menyenangkan, terlebih dapat menatap
wajahmu, kilauan mata itu, ya masih aku ingat sampai sekarang, tutur katamu
yang lembut, senyummu yang membuat hati ini tak bersinergi lagi.
Banyak
ekspektasi-ekspektasiku terhadapmu yang meleset dari apa yang kubayangkan,
tentang kamu tentunya, tentang seorang wanita yang katanya tomboy, tentang
seorang wanita yang pendiem namun ceriwis ketika telah dekat dengannya. Aku
sadar, aku lelaki yang masih sangat jauh dari kekurangan, pelan-pelan kucoba
mengobrol dengan papa dan mama mu,
begitulah panggilan darimu untuk kedua orangtuamu.
Dalam bayanganku,
bertemu calon mertua akan lebih menakutkan ketimbang bertemu dengan dosen untuk
sidang skripsi, atau bertemu dengan soal-soal ujian yang mematikan, ternyata
tidak begitu juga, kami memiliki beberapa kesukaan yang sama. Tidak, tidak
begitu, aku sebenarnya tidak ingin bernostalgia denganmu Ra, tapi hatiku
memaksa tanganku ‘tuk menuliskan kalimat demi kalimat ini, biar nanti kita tahu
dimana akhir perahu ini akan menepi, dimana kita tahu kapan pemberhentian ini
akan berlabuh. Baiklah Ra, satu kesan yang aku rasakan adalah “Nyaman”,
deg-degan ada juga sih, tapi rasanya pertama kali melihat wajahmu membuat
hatiku nyaman, mungkin tidak dengan kau ketika melihatku, maklumlah wajahku ini
pas-pasan.
Mari kita lanjutkan pertemuan kita, ketika meminta ijin orang tuamu
untuk mengajakmu jalan, aku yakin kau telah meminta izin terlebih dahulu, aku
sedikit gugup terlebih tidak punya pengalaman yang memadai perihal tersebut,
motor minimu menjadi saksi perjalanan kita, ya bisa dibilang keliling kota
kecil Padang, menjadi bagian paling awal dari kisah perjalanan yang tak tahu
akan kemana arahnya ini, sayang semesta tak mendukung saat itu. Ingatkah kau
saat kita berteduh ketika rintik hujan datang menemani kita? Tentu kau takkan
lupa bukan. Ketika motor mini itu terasa kecil sekali, atau memang aku yang
terlalu besar.
Ketika mencari tempat pemberhentian untuk buang air kecil,
sementara hujan mengiringi perjalanan kita, entah kenapa bayangan itu sering
sekali hadir, saat senyummu terpancar kulihat dari spion mini motormu.
Bibir ini tak mampu menahan senyum ketika kuketik tulisan ini, namun apa daya aku juga tak mampu menahan perih yang hadir, tak tahu kau berada di belahan dunia mana kini, namun satu yang kutanamkan dalam diri, cinta akan menemukan jalannya, begitu juga bila memang telah ditakdirkan selanjutnya kita kan dipertemukan.
#TentangSeseorang01