Ketika mulut mengingkari hati, laksana pembantu yang mengingkari majikannya, bagaimana mungkin pengendali seluruh aktivitasmu itu kau ingkari, hati seseorang menunjukkan jatidiri orang tersebut, kita pun bisa mendefinisikan bagaimana hati yang bersih, kotor, kuat dan rapuh, namun sejatinya kita tak ampu menilai hati seseorang, dan ingat satu perkara bahwasanya sangat mudah hati kita untuk dibolak-balikkan, contohnya ketika hari ini menginginkan A besok belum tentu kita menginginkan hal yang sama lagi.
Ada satu momen dimana hati berpengaruh dalam proses tersebut, yaitu ketika beraktivitas, momen sehari-hari bukan. Lihatlah orang-orang di sekelilingmu bagaimana Ia mampu hidup dengan segala tekanan, bagaimana Ia bangkit setelah keterpurukannya, salah satu kuncinya adalah jujur pada diri sendiri, mengatakan apa yang sebenarnya pada diri sendiri. Bagaimana mungkin? Mungkin saja begitu, kita lihat kita sering pura-pura terlihat bahagia atau lebih bodoh lagi kita ingin membahagiakan orang yang berarti bagi kita yang belum tentu berarti kita baginya, menyedihkan sekali.
Ketika kita menghadapi sebuah pergolakan dalam hati kita, katakan sejujurnya, bersihkan apa yang berpu dibersihkan, karena hati yang bersih itu tentu dibalut oleh luka-luka yang dialami pemiliknya, yang ikhlas serta ridho akan ketentuan-Nya, sementara hati yang kuat tentu yang siap dan sedia menerima permasalahan yang silih datang berganti.
Rabu, 24 April 2019
Selasa, 23 April 2019
Ikhlaskah aku?
Ketika kita berbuat kebaikan baik untuk diri sendiri maupun orang lain, pernahkah terpikir dalam lubuk hati kita, apakah kita ikhlas melakukannya? Pikiran yang terus mengusik diri kita, ini perkara yang tabu sih menurut saya karena penjelasan dari manusia sendiri tak akan menjelaskan secara baik, namun yang perlu digarisbawahi dalam perkara ini adalah bagaimana timbul ketidaknyamanan ketika kita melakukan suatu yang baik itu sendiri, saya rasa ikhlas sendiri itu relatif, bagaimana kita melakukan sesuatu didasari atas kemauan kita sendiri tanpa mengharap pada orang lain, lalu kalau mengharap pada Allah bagaimana? Kan sudah dijelaskan hanya kepada Allah kita berharap, saya rasa tak ada salahnya berharap kepada Allah dan memang itu yang dianjurkan.
Lalu bagaimana menjawab pertanyaan yang ada dalam diri itu sendiri, tentang keikhlasan dari amalan amalan yang kita lakukan, pikiran pikiran yang datang seperti itu perlu kita cermati apakah hanya godaan dari syetan agar kita terjerumus untuk kapok melakukan hal hal yang baik atau sebuah sarana evaluasi diri atas apa yang telah dilakukan, tergantung kembali lagi kepada kita untuk menyikapinya.
Ketika kita mengatakan pada diri sendiri, berusaha meyakinkan pada diri sendiri, saya ikhlas, maka sudah kerjakan lagi kebaikan yang lain karena kerelatifan standar keikhlasan dari manusia itu sendiri, biar Allah yang menilai, teruslah menebar kebaikan.
Lalu bagaimana menjawab pertanyaan yang ada dalam diri itu sendiri, tentang keikhlasan dari amalan amalan yang kita lakukan, pikiran pikiran yang datang seperti itu perlu kita cermati apakah hanya godaan dari syetan agar kita terjerumus untuk kapok melakukan hal hal yang baik atau sebuah sarana evaluasi diri atas apa yang telah dilakukan, tergantung kembali lagi kepada kita untuk menyikapinya.
Ketika kita mengatakan pada diri sendiri, berusaha meyakinkan pada diri sendiri, saya ikhlas, maka sudah kerjakan lagi kebaikan yang lain karena kerelatifan standar keikhlasan dari manusia itu sendiri, biar Allah yang menilai, teruslah menebar kebaikan.
Tetap mencari atau menjadi?
Perkara ini perkara yg kompleks karena menyangkut campur tangan diri dan Sang Pemilik Semesta, soal qadar dan takdir. Berbicara mengenai qadar sendiri merupakan sesuatu yg tidak dapat kita ikut andil secara masif yg meliputi kelahiran dan kematian seseorang, sedangkan takdir seperti jodoh sendiri kita punya turut andil yg cukup besar, berdasarkan garis langit sendiri dijelaskan bahwasanya yg baik akan mendapatkan yg baik begitu juga sebaliknya, baik sendiri disini sifatnya relatif untuk manusia dan mutlak untuk-Nya. Bagaimana tidak, kita sendiri sering menilai hal ini baik atau buruk lebih banyak menggunakan perasaan serta logika kita sendiri, kita tak melihat keterbatasan yg ada pada diri kita justru malah menembus sekat sekat yg seharusnya tidak kita tembus.
Baiklah agar lebih jelas arahnya pembahasan kali ini mengenai jodoh, jodoh berupa pasangan, kita ketahui kita ini diciptakan dari berbeda jenis agar saling mengenal, saling kolaborasi, dan saling memberi kabar baik kabar gembira ataupun sebaliknya. Mencari jodoh diwaktu yang tepat mungkin akan memberikan sesuatu yang baik, iya waktu turut andil serta dalam hal ini, misal kita memasuki fase peralihan dari usia remaja menuju dewasa dimana kita menemukan hal hal baru yang ternyata menarik perhatian kita, bagaimana saya bisa mendapatkan yang baik? Kalau ga dicari ga bakal dapat dong? Awalnya saya berpikir seperti itu, terjadilah kebodohan demi kebodohan yang sama sekali sia sia dilakukan karena rasa penasaran yang tinggi itu, hingga akhirnya rasa bosan serta resah pun datang, ketidakpuasan hadir dimana selalu mencari dengan kadar yang makin meningkat, semakin lama jika tidak dikordinir atau dihentikan akan jadi semakin tak baik, lalu saya evaluasi diri kemudian berpikir kenapa tidak diri saya sendiri yang menjadi baik versi-Nya, toh kita juga relatif dalam menilai seseorang, bagaimana saya bisa mendapatkan yang baik jika saya menggunakan metode metode yang rendahan serta tak baik menurut-Nya? Bukankah yang terbaik itu berasal dari-Nya? Memantaskan menjadi kunci bagaimana akan baiknya perkara ini, tanpa berlebihan sewajarnya saja.
Baiklah agar lebih jelas arahnya pembahasan kali ini mengenai jodoh, jodoh berupa pasangan, kita ketahui kita ini diciptakan dari berbeda jenis agar saling mengenal, saling kolaborasi, dan saling memberi kabar baik kabar gembira ataupun sebaliknya. Mencari jodoh diwaktu yang tepat mungkin akan memberikan sesuatu yang baik, iya waktu turut andil serta dalam hal ini, misal kita memasuki fase peralihan dari usia remaja menuju dewasa dimana kita menemukan hal hal baru yang ternyata menarik perhatian kita, bagaimana saya bisa mendapatkan yang baik? Kalau ga dicari ga bakal dapat dong? Awalnya saya berpikir seperti itu, terjadilah kebodohan demi kebodohan yang sama sekali sia sia dilakukan karena rasa penasaran yang tinggi itu, hingga akhirnya rasa bosan serta resah pun datang, ketidakpuasan hadir dimana selalu mencari dengan kadar yang makin meningkat, semakin lama jika tidak dikordinir atau dihentikan akan jadi semakin tak baik, lalu saya evaluasi diri kemudian berpikir kenapa tidak diri saya sendiri yang menjadi baik versi-Nya, toh kita juga relatif dalam menilai seseorang, bagaimana saya bisa mendapatkan yang baik jika saya menggunakan metode metode yang rendahan serta tak baik menurut-Nya? Bukankah yang terbaik itu berasal dari-Nya? Memantaskan menjadi kunci bagaimana akan baiknya perkara ini, tanpa berlebihan sewajarnya saja.
Senin, 22 April 2019
Konsistensi?
Di bawah atap suatu atap dalam sebuah monolog aku ingin berubah jadi lebih baik lagi, kulakukan hal hal baik yg sebelumnya telah dan belum kulakukan. Hal hal tersebut kulakukan dengan baik, beberapa waktu setelah itu hal tersebut terasa hilang lagi dari diriku, seakan datang hanya untuk pergi. Kugaruk garuk tengkukku yg tidak gatal berpikir apa sebenarnya problem yg kuhadapi, ternyata sebuah konsistensi itu penting, bagaimana kita memanaj diri kita agar sekonsistensi mungkin, kalian mungkin pernah mendengar pepatah yg mengatakan sedikit demi sedikit lama lama menjadi bukit, sedikit demi sedikit hal yg dilakukan secara konsisten akan menjadi sesuatu yg baik kedepannya, akan jadi besar, konsistensi itu berat, sesuatu yg berat mengandung sebuah tujuan yg kiranya lebih bermakna dibanding suatu yg ringan, saya tidak akan membahas bagaimana kita bisa konsisten karena masing2 punya caranya hanya mengulik sedikit makna dibalik konsistensi itu.
Kamis, 18 April 2019
Perlukah melupakan?
Sebuah cerita tentang seorang pemuda yang berusaha meninggalkan kebiasaan lamanya, kebiasaan yang mengganggu jiwanya, mengganggu ketenangan pikiran, serta menghabiskan banyak waktu dan pengorbanan lainnya.
Seorang pemuda yang sedang mencari jati diri, membentuk jati diri, mengkonsolidasi diri untuk menggapai apa yang sebenarnya ingin digapai.
Bertemu dengan seseorang yang teramat indah, seorang phyloginik, wajar saja pengagum kecantikan, sebuah fatamorgana yang ada, sebuah perkataan yang kadang terngiang dalam pikiran "mencintai banyak orang lebih mudah daripada melupakan seseorang", tentu seseorang itu teramat spesial hingga teringat ingat untuk dilupakan, kalo sudah lupa tak mungkin untuk diingat, atau sekadar menulis, aku sudah melupakanmu. omong kosong soal itu, usaha untuk melupakan adalah sebuah usaha untuk menghapus apa yang telah terukir, tergantung ukirannya, seberapa indahkah? seberapa berhargakah ukiran itu? Kalian punya tips untuk melupakan seseorang yang teramat indah untuk dilupakan?
Ada rasa takut, kecewa, cemas, bahagia, suka, sedih bercampur macam es campur, sayangnya tidak dapat dikonsumsi. Takut ketika menghadapi kenyataan seseorang itu sedang dekat dengan orang lain, orang itu telah bahagia dengan orang lain, menurut saya pikiran toxic seperti itu harus dijauhkan jauh-jauh, kenapa saya menulis ini? Mungkin salah satu alasan saya menulis adalah membuka diri saya untuk lebih realistis, ada sekitar 8 miliar manusia di dunia ini, ketika seseorang itu sudah tidak mungkin untuk dilupakan, terimalah kenyataan itu, kalau dia memang sudah takdirmu, dia akan hadir dengan kondisi yang mungkin tidak kamu duga sebelumnya, seperti kata orang dahulu "jodoh tak kemana". ya kita dari tadi sedang membahas seseorang, seorang perempuan yang indah matanya, mungil namun anggun, seperti mutiara dalam palung laut samudera, atau kecantikan abadi bunga edelweis di puncak gunung, mengagumi kecantikan tanpa dorongan nafsu adalah sesuatu yang amat jarang untuk zaman yang seperti ini, terlalu mudah ikut-ikutan sama yang namanya nafsu, sehebat apapun diri kita, kadang masih saja dikendalikan oleh nafsu, oleh karena itu perlukah sekali lagi melupakannya? Sudah lama sekali tak berkabar, namun masih teringat dalam ingatan.
Seorang pemuda yang sedang mencari jati diri, membentuk jati diri, mengkonsolidasi diri untuk menggapai apa yang sebenarnya ingin digapai.
Bertemu dengan seseorang yang teramat indah, seorang phyloginik, wajar saja pengagum kecantikan, sebuah fatamorgana yang ada, sebuah perkataan yang kadang terngiang dalam pikiran "mencintai banyak orang lebih mudah daripada melupakan seseorang", tentu seseorang itu teramat spesial hingga teringat ingat untuk dilupakan, kalo sudah lupa tak mungkin untuk diingat, atau sekadar menulis, aku sudah melupakanmu. omong kosong soal itu, usaha untuk melupakan adalah sebuah usaha untuk menghapus apa yang telah terukir, tergantung ukirannya, seberapa indahkah? seberapa berhargakah ukiran itu? Kalian punya tips untuk melupakan seseorang yang teramat indah untuk dilupakan?
Ada rasa takut, kecewa, cemas, bahagia, suka, sedih bercampur macam es campur, sayangnya tidak dapat dikonsumsi. Takut ketika menghadapi kenyataan seseorang itu sedang dekat dengan orang lain, orang itu telah bahagia dengan orang lain, menurut saya pikiran toxic seperti itu harus dijauhkan jauh-jauh, kenapa saya menulis ini? Mungkin salah satu alasan saya menulis adalah membuka diri saya untuk lebih realistis, ada sekitar 8 miliar manusia di dunia ini, ketika seseorang itu sudah tidak mungkin untuk dilupakan, terimalah kenyataan itu, kalau dia memang sudah takdirmu, dia akan hadir dengan kondisi yang mungkin tidak kamu duga sebelumnya, seperti kata orang dahulu "jodoh tak kemana". ya kita dari tadi sedang membahas seseorang, seorang perempuan yang indah matanya, mungil namun anggun, seperti mutiara dalam palung laut samudera, atau kecantikan abadi bunga edelweis di puncak gunung, mengagumi kecantikan tanpa dorongan nafsu adalah sesuatu yang amat jarang untuk zaman yang seperti ini, terlalu mudah ikut-ikutan sama yang namanya nafsu, sehebat apapun diri kita, kadang masih saja dikendalikan oleh nafsu, oleh karena itu perlukah sekali lagi melupakannya? Sudah lama sekali tak berkabar, namun masih teringat dalam ingatan.
Bagaimana menerima hasil yg tak diharapkan?
Bagaimana menerima hasil yang tidak kita harapkan?
Setiap manusia punya harapan, cita-cita, keinginan yang ingin dicapai, tak jarang kita harus mengorbankan apa yg kita miliki untuk mencapai sesuatu yang kita harapkan, sebenarnya kepada siapa kita menaruh harapan itu? Seringkah sebuah harapan membuat kita kecewa? Membuat kita kapok untuk berharap lagi? lalu bagaimana memanajerisasi harapan agar tak mengecewakan diri kita.
Terkadang ketika kita telah berusaha, merasa kita telah berusaha sebaik mungkin, kita sering melupakan suatu fakta dimana bukan kita saja yang menentukan harapan kita, ada banyak faktor baik yang terdefinisi maupun tak terdefinisi.
Kita ambil contoh sederhana dalam pelaksanaan pemilu 2019, lebih kepada pelaksanaan pilpres, kita ketahui ada dua paslon capres dan cawapres, hasil quick count sementara sendiri menempatkan pasangan 01 diatas pasangan 02, yang saya amati di beberapa sosial media, pendukung 01 cenderung terbagi dalam dua bagian, antara menunggu hasil akhir dan sudah mengkoarkan kemenangan, Bapak Jokowi sendiri masih menunggu hasil perhitungan suara dari KPU, pendukung 02 sendiri masih banyak yg tidak menerima hasil quick count, bukan tanpa alasan saya mengungkapkan hal tersebut, toh banyak anak muda yg mengkoar koarkan sebagai pendukung 02 yg mana ada di beberapa lingkungan hidup saya.
Terlalu banyak faktor yg tidak kita ketahui, terkadang sering kita menerka atau berprasangka, termasuk di pilpres ini, kotak suara yg menimbulkan kontroversial, surat suara yang habis sehingga banyak pemilih yang tidak dapat menggunakan hak suaranya, dan masih banyak lagi kasus2 terkait pilpres 2019 ini, sebagai manusia ada baiknya kita mengikuti alur sebagai manusia, ketika kita sudah berusaha, kita serahkan semuanya pada Sang Pemilik Kuasa, kesabaran adalah kunci keberhasilan, termasuk menunggu hasil yang pasti dari KPU dalam hal ini, tanamkan energi positif dalam diri, buang jauh2 prasangka atau energi negatif, itu hanya akan membuat anda sakit hati atau tidak srek terhadap diri anda maupun lingkungan anda, terima aja dengan legowo, InsyaAllah ketika kita menerima dengan baik sesuatu yang tak kita harapkan itu misalnya akan ada hikmah terbaik yang kita dapatkan untuk meningkatkan kualitas hidup kita.
Setiap manusia punya harapan, cita-cita, keinginan yang ingin dicapai, tak jarang kita harus mengorbankan apa yg kita miliki untuk mencapai sesuatu yang kita harapkan, sebenarnya kepada siapa kita menaruh harapan itu? Seringkah sebuah harapan membuat kita kecewa? Membuat kita kapok untuk berharap lagi? lalu bagaimana memanajerisasi harapan agar tak mengecewakan diri kita.
Terkadang ketika kita telah berusaha, merasa kita telah berusaha sebaik mungkin, kita sering melupakan suatu fakta dimana bukan kita saja yang menentukan harapan kita, ada banyak faktor baik yang terdefinisi maupun tak terdefinisi.
Kita ambil contoh sederhana dalam pelaksanaan pemilu 2019, lebih kepada pelaksanaan pilpres, kita ketahui ada dua paslon capres dan cawapres, hasil quick count sementara sendiri menempatkan pasangan 01 diatas pasangan 02, yang saya amati di beberapa sosial media, pendukung 01 cenderung terbagi dalam dua bagian, antara menunggu hasil akhir dan sudah mengkoarkan kemenangan, Bapak Jokowi sendiri masih menunggu hasil perhitungan suara dari KPU, pendukung 02 sendiri masih banyak yg tidak menerima hasil quick count, bukan tanpa alasan saya mengungkapkan hal tersebut, toh banyak anak muda yg mengkoar koarkan sebagai pendukung 02 yg mana ada di beberapa lingkungan hidup saya.
Terlalu banyak faktor yg tidak kita ketahui, terkadang sering kita menerka atau berprasangka, termasuk di pilpres ini, kotak suara yg menimbulkan kontroversial, surat suara yang habis sehingga banyak pemilih yang tidak dapat menggunakan hak suaranya, dan masih banyak lagi kasus2 terkait pilpres 2019 ini, sebagai manusia ada baiknya kita mengikuti alur sebagai manusia, ketika kita sudah berusaha, kita serahkan semuanya pada Sang Pemilik Kuasa, kesabaran adalah kunci keberhasilan, termasuk menunggu hasil yang pasti dari KPU dalam hal ini, tanamkan energi positif dalam diri, buang jauh2 prasangka atau energi negatif, itu hanya akan membuat anda sakit hati atau tidak srek terhadap diri anda maupun lingkungan anda, terima aja dengan legowo, InsyaAllah ketika kita menerima dengan baik sesuatu yang tak kita harapkan itu misalnya akan ada hikmah terbaik yang kita dapatkan untuk meningkatkan kualitas hidup kita.
Rabu, 17 April 2019
Bagaimana mendefinisikan keinginan?
Kadang saya bingung atau tepatnya dibuat bingung oleh diri saya sendiri, bagaimana saya mendefinisikan keinginan untuk diri saya sendiri? Semisal ketika kita menginginkan sesuatu, kita melihat apakah keinginan itu mampu atau tidak untuk kita capai, namun disisi lain saya berpikir kenapa saya tidak mencoba keinginan lain? Terus berpikir, membuT kita kehilangan waktu berharga yg seharusnya dapat digunakan untuk menggapai keinginan awal kita. Mungkin dapat kita namakan dengan ketidakpuasan,ada banyak jenis ketidakpuasaan,oleh tindakan diri sendiri maupun orang lain.
Terkadang memiliki keinginan juga baik dan tidaknya dipengaruhi oleh lingkungan, bagaimana tidak? Ketika kita melihat suatu komunitas melakukan hal hal yg dianggap baik oleh komunitas tersebut, ketika kita menginginkan sesuatu yg berdampak baik pada suatu komunitas tentu kita akan mendapat respon positif dari komunitas tersebut, berbanding terbalik jika itu merugikan komunitas tersebut.
Kembali lagi kepada kita bagaimana kita mendefinisikan keinginan kita, apakah itu baik atau tidak bagi kita maupun lingkungan, sebaik baik keinginan mungkin mendapatkan rahmat dan kasih sayang dari Sang Pemilik Semesta, semua itu butuh perjuangan, sebuah perjuangan untuk mendefinisikan keinginan dalam artian yang sesungguhnya.
Terkadang memiliki keinginan juga baik dan tidaknya dipengaruhi oleh lingkungan, bagaimana tidak? Ketika kita melihat suatu komunitas melakukan hal hal yg dianggap baik oleh komunitas tersebut, ketika kita menginginkan sesuatu yg berdampak baik pada suatu komunitas tentu kita akan mendapat respon positif dari komunitas tersebut, berbanding terbalik jika itu merugikan komunitas tersebut.
Kembali lagi kepada kita bagaimana kita mendefinisikan keinginan kita, apakah itu baik atau tidak bagi kita maupun lingkungan, sebaik baik keinginan mungkin mendapatkan rahmat dan kasih sayang dari Sang Pemilik Semesta, semua itu butuh perjuangan, sebuah perjuangan untuk mendefinisikan keinginan dalam artian yang sesungguhnya.
Senin, 15 April 2019
Kuliah sambil ngajar privat? Worth it gasi?
Buat kalian yg lagi kuliah, atau pasca kuliah dan sedang mencari penghasilan tetap ataupun penghasilan tambahan, gw bakal cerita tentang mengajar privat,kebetulan gw udh ada lah pengalaman dalam bidang ini. Sedikit demi sedikit,semoga bisa membantu.
Gw kuliah sebenarnya udah dpt beasiswa, tapi karena banyak gabutnya jadi gw mikir buat cari kesibukan lain, kesibukan yg produktif, kebetulan waktu itu masuk semester 2,jadi gw mikir2 nih, aktivitas apa yg produktif, bermanfaat buat orang lain, sama kalo bisa nambah uang jajan gw, jadi waktu itu om gw nawarin buat ngajar anaknya, om kerabat ya, kebetulan anak beliau itu smp kelas 2,jadideh gw ngajar privat gitu, berawal dari situ gw mulai cari2 di google jasa les privat jogja, kebetulan gw tinggal di jogja, jadi setelah gw cari dapat deh beberapa jasa bimbel online, gw daftar tuh ke beberapa lembaga itu, akhirnya dipanggil dan disuruh ngajar privat, waktu itu gw tinggal di deket amikom, terus dpt siswa di jalan wonosari ama di imogiri, itu jauh sih hampir 30 menitan, berjalan 2 bulan gw akhirnya berhenti karena jarak yg jauh, ngabisin waktu di jalan juga kan, terus gw ngajar intensif bimbel sbmptn juga, dan ada beberapa bimbel2 privat lagi, gw si kalo ngajar seneng si karena bisa dapat pengalaman baru, teman baru, ngelatih public speaking juga, dan biasanya dikasih jajanan ama tuan rumahnya, hehe tapi ya ada aja tantangannya kayak jarak yang jauh, kan kalo gada kendaraan pribadi ribet, nah menurut gw buat yg lagi cari aktivitas tambahan boleh si buat coba ini.
Minggu, 14 April 2019
Se-efisien mungkin atau semaksimal mungkin?
Ketika kita ingin melakukan sesuatu, terkadang kita berpikir bagaimana kita melakukan hal tersebut? Apa yg kita ingin lakukan biasanya itu mempunyai tujuan, tujuan yg kita inginkan itu tentu menjadi tolak ukur bagaimana tindakan kita untuk mencapai tujuan tersebut, dengan usaha yg tepat kita dapat mendapatkan tujuan yg kita inginkan. Lalu bagaimana tindakan yg tepat itu? Yg efisien atau yg maksimal? Haruskah kita berusaha semaksimal mungkin? Atau kita cukup berusaha seefisien mungkin?
Kita punya waktu yg sama , 24 jam sehari, tidak lebih dan kurang. Waktu segitu ga mungkin kan buat ngelakuin semua hal, ya kita lakuin hal2 yg menurut kita itu penting ,misal ada banyak kegiatan dalam sehari, semuanya mau kita jalani dengan baik, bagaimana bisa? Manusia diciptakan untuk menjadi efisien, orang sibuk dan produktif nyatanya berpikir seperti itu, tidak menuntut sebuah kesempurnaan, lebih kepada proses menuju kesempurnaan itu sendiri, karena kita akan terus belajar dari kesalahan, diversifikasikan kesalahan serta perbanyak sampel aktivitas kita, karena hidup hanya sekali, siapkan bekal untuk kehidupan yg abadi.
Jumat, 12 April 2019
Hasil pengaruhi oleh usaha?
Usaha tidak akan menghianati hasil, hasil takkan pernah menghianati usaha, ungkapan itu sering sekali kita dengar, saat sedang mendengar sebuah seminar motivasi ataupun datang dari orang orang di sekitar kita. Ungkapan itu tidak sepenuhnya benar dan salah juga. Tergantung bagaimana kita memandangnya. Bila kita melihat di sekitar kita. Ada gak sih orang yg usahanya biasa aja tapi hasilnya maksimal, ada orang yg udah usaha mati matian sementara hasil yg didapatkan itu tidak sesuai dengan apa yg diinginkannya, pernah sih menjumpai hal yg seperti itu atau kalian pernah mengalaminya? Kira kira sih kalimatnya itu Tuhan memberikan apa yg kita butuhkan bukan yg kita inginkan, kalo gitu kita gausah berusaha aja toh ntar dikasih juga kitanya, hmm pola pikir yg seperti ini nih yang perlu direka ulang, misal nih kita punya tujuan yg pengen dicapai, kalo tujuan itu udah dicapai terus kita bakal apa? Seringnya sih ya kita bakal berpuas diri dan cenderung berpikir wah tujuan gw udah kecapai ni, udah gitu gamau usaha lagi stuck akhirnya. Justru usaha itu sebagai investasi kalo menurut gw, investasi untuk gunain waktu lu sebaik mungkin, coba misalnya kita habiskan waktu kita untuk berusaha sebaik mungkin, mungkin tiap orang punya standar relatif kebaikan, ketika lu berusaha untuk jadi baik, proses lu tentu menuju kebaikan kan, nah disitulah apa yg lu usahain itu ga akan sia sia, percaya deh apa yg mita usahain sekarang, sesulit apapun rintangan yang menghadang, akan ada sisi keindahan didalamnya, so jangan menyerah untuk berusaha, jangan bersedih ketika dikecawakan oleh usaha kita sendiri , karena usaha adalah tentang seberapa jauh kita berpindah menjadi lebih baik lagi.
Rabu, 10 April 2019
Belajarlah
Terima kasih saya ucapkan kpd orang2 yg telah mewarnai hidup saya, mulai dari terbitnya matahari hingga terbit lagi.
Bagaimana hari ini? Menyenangkan? Semoga harimu selalu menyenangkan.
Akhir-akhir ini saya mengalami kebingungan yg membingungkan, mungkin karena kurang sibuknya saya menimbulkan pikiran yg ngelantur ngalor ngidul, oke disini saya ingin menyampaikan permohonan maaf saya bila dirasa saya mengganggu kehidupan kalian baik dengan hadirnya tulisan saya ataupun adanya saya dikehidupan kalian, menulis menurut saya itu sebuah usaha untuk menyeimbangkan diri, bagaimana bisa?
Baiklah akan saya jelaskan, disini saya memiliki hobi membaca dan berpikir, ketika kita membaca kita menambah pengalaman kita, dilanjutkan dengan berpikir yg menambah kekuatan diri kita, lalu setelah keduanya ada, setelah keduanya masuk ke diri kita? lantas kita apakan? bukankah sebaik baiknya ilmu itu ilmu yg bermanfaat, ya meskipun menurut saya tulisan saya ini tidak ada manfaatnya namun saya tetap berusaha menulis ketika saya ada waktu untuk menulis, kadang saya bingung kenapa ketika chat dengan seseorang lancar2 saja jari saya mengetik keyboard sementara ketika menulis seperti ini saya agak mikir, namun saya berusaha untuk tidak memikirkannya, menulislah, maka kamu ada.
Saya menulis barang 5-10 menit sembari merilekskan jadi saya dari aktivitas sehari-hari, juga mereka pikiran saya supaya lebih kritis terhadap diri sendiri dan sekitar, semangat belajar bagi yg sedang belajar, baik itu untuk saya maupun untuk anda.
Bagaimana hari ini? Menyenangkan? Semoga harimu selalu menyenangkan.
Akhir-akhir ini saya mengalami kebingungan yg membingungkan, mungkin karena kurang sibuknya saya menimbulkan pikiran yg ngelantur ngalor ngidul, oke disini saya ingin menyampaikan permohonan maaf saya bila dirasa saya mengganggu kehidupan kalian baik dengan hadirnya tulisan saya ataupun adanya saya dikehidupan kalian, menulis menurut saya itu sebuah usaha untuk menyeimbangkan diri, bagaimana bisa?
Baiklah akan saya jelaskan, disini saya memiliki hobi membaca dan berpikir, ketika kita membaca kita menambah pengalaman kita, dilanjutkan dengan berpikir yg menambah kekuatan diri kita, lalu setelah keduanya ada, setelah keduanya masuk ke diri kita? lantas kita apakan? bukankah sebaik baiknya ilmu itu ilmu yg bermanfaat, ya meskipun menurut saya tulisan saya ini tidak ada manfaatnya namun saya tetap berusaha menulis ketika saya ada waktu untuk menulis, kadang saya bingung kenapa ketika chat dengan seseorang lancar2 saja jari saya mengetik keyboard sementara ketika menulis seperti ini saya agak mikir, namun saya berusaha untuk tidak memikirkannya, menulislah, maka kamu ada.
Saya menulis barang 5-10 menit sembari merilekskan jadi saya dari aktivitas sehari-hari, juga mereka pikiran saya supaya lebih kritis terhadap diri sendiri dan sekitar, semangat belajar bagi yg sedang belajar, baik itu untuk saya maupun untuk anda.
Pentingkah?
Ketika ada buah kelapa jatuh dari pohonnya,jatuh ke bawah mengenai tanah, rutinitas yg sering terjadi tentunya, pentingkah hal itu untuk kita? Mungkin tidak penting ya, kalau kita tidak berada disana, lalu bagaimana jika kita yg kejatuhan buah kelapa itu? tentu menjadi masalah bagi kita, menjadi penting bagi kita.
Urusan buah kelapa yg jatuh tadi tentu masuk bila kita kaitkan dengan kehidupan kita, ada banyak masalah atau sesuatu yg kita anggap sebagai masalah yg datang silih berganti dalam kehidupan, ada yg memiliki masalah yg sama, ada juga yg berbeda, ada yg menyelesaikan masalah itu dengan baik, adapun yg sebaliknya, baiklah kita tidak akan membahas itu, yg akan dibahas adalah mengenai kepentingan kita terhadap suatu urusan, mirip dengan prioritas sih, bedanya disini bukan pengaruh kita didalamnya, tapi haruskah kita ikut andil didalamnya, ssekilas mirip ya, hehe
Rasanya perlu dibuat suatu memori untuk menghandle kepentingan mana, mana yg menjadi urusan kita dan mana yg bukan. Di zaman yg sudah terlalu banyak privasi yg terbuka ini rasanya urusan individu seseorang mudah saja diketahui oleh orang lain, baik individu itu sendiri yg memberi tahu maupun lewat orang lain. Baikkah seperti itu? Baik buruknya itu relatif, bukan kehendak saya untuk menilainya, tiap orang punya pandangannya masing2, Kita punya waktu, jelas. Lantas bagaimana kita menggunakan waktu kita untuk sesuatu yg kita anggap penting itu?
Urusan buah kelapa yg jatuh tadi tentu masuk bila kita kaitkan dengan kehidupan kita, ada banyak masalah atau sesuatu yg kita anggap sebagai masalah yg datang silih berganti dalam kehidupan, ada yg memiliki masalah yg sama, ada juga yg berbeda, ada yg menyelesaikan masalah itu dengan baik, adapun yg sebaliknya, baiklah kita tidak akan membahas itu, yg akan dibahas adalah mengenai kepentingan kita terhadap suatu urusan, mirip dengan prioritas sih, bedanya disini bukan pengaruh kita didalamnya, tapi haruskah kita ikut andil didalamnya, ssekilas mirip ya, hehe
Rasanya perlu dibuat suatu memori untuk menghandle kepentingan mana, mana yg menjadi urusan kita dan mana yg bukan. Di zaman yg sudah terlalu banyak privasi yg terbuka ini rasanya urusan individu seseorang mudah saja diketahui oleh orang lain, baik individu itu sendiri yg memberi tahu maupun lewat orang lain. Baikkah seperti itu? Baik buruknya itu relatif, bukan kehendak saya untuk menilainya, tiap orang punya pandangannya masing2, Kita punya waktu, jelas. Lantas bagaimana kita menggunakan waktu kita untuk sesuatu yg kita anggap penting itu?
Senin, 08 April 2019
Kembali ke 0
Istilah kembali ke nol mirip kek yg sering diucap pegawai pom bensin ya, hehe tapi kita ga bakal bahas itu, disini gw bakal bahas soal tobat, oke gw disini sebagai org biasa melihat hal ini dengan perspektif gw, jadi sekali lagi ini berdasarkan pandangan gw. Kalo ada salah2 ya dimaklumi dan kalo mau ngritik ya silahkan.
Menurut gw tobat itu istimewa,dijelaskan bisa mengembalikan kita ke titik nol, titik dimana dosa kita dihapuskan, so titik standar dosa itu punya dua sisi, mutlak dan relatif, mutlak penilaian dari Allah, dan jelas relatif kalo dilihat dari masing2 povnya manusia, siapa si yg gamau kembali ke nol? Dihapuskan kesalahan2nya.
Kalo gw kadang bingung, udah tau salah, masih aja dilaksanakan, mungkin itu sifat dasarnya manusia ya, sesungguhnya manusia itu lemah, perlu dikuatkan, terutama oleh diri sendiri, kalau gw si mikir kita harus evaluasi diri kita secara berkala, karena berguna banget buat kita, apa aja yg udah kita lakuin, terus kita mulai lagi, kembali ke titik awal untuk memulai,ibaratin siang malam, mulainya itu pagi, pagi sebagai titik awal dan malam sebagai akhirnya , kyknya tiap hari bakal gitu2 terus ,tapi poin pentingnya disini adalah bagaimana kita setelah kembali ke titik nol, apakah ingin melampaui titik sebelumnya atau bagaimana?
Menurut gw tobat itu istimewa,dijelaskan bisa mengembalikan kita ke titik nol, titik dimana dosa kita dihapuskan, so titik standar dosa itu punya dua sisi, mutlak dan relatif, mutlak penilaian dari Allah, dan jelas relatif kalo dilihat dari masing2 povnya manusia, siapa si yg gamau kembali ke nol? Dihapuskan kesalahan2nya.
Kalo gw kadang bingung, udah tau salah, masih aja dilaksanakan, mungkin itu sifat dasarnya manusia ya, sesungguhnya manusia itu lemah, perlu dikuatkan, terutama oleh diri sendiri, kalau gw si mikir kita harus evaluasi diri kita secara berkala, karena berguna banget buat kita, apa aja yg udah kita lakuin, terus kita mulai lagi, kembali ke titik awal untuk memulai,ibaratin siang malam, mulainya itu pagi, pagi sebagai titik awal dan malam sebagai akhirnya , kyknya tiap hari bakal gitu2 terus ,tapi poin pentingnya disini adalah bagaimana kita setelah kembali ke titik nol, apakah ingin melampaui titik sebelumnya atau bagaimana?
Sabtu, 06 April 2019
Mengenal Brand diri
Didepan laptop disamping kipas angin yg sedang bergerak, di sebuah tikar berwarna hijau, disini gw lagi mengetik kata-kata yang gw tuliskan di lembaran ini, maaf sebelumnya udah lama ga post, gw lagi ada beberapa kesibukan yg gabisa ditinggalin, akhirya ga gabut gabut banget lagi, tapi insyaAllah gw sempetin buat ngisi blog ini, semoga aja celotehan gw ini adalah sedikit manfaatnya.
Jadi gw lagi mikir tentang brand diri, kayak sebuah produk , misalnya nih produk makanan, pasti punya brand masing-masing kan ada yang udah terkenal sampe eropa, mendunia lah bahasanya kira-kira, ada yg hanya dikenal oleh masyarakat tertentu hingga semua kalangan, misal gw sebutin brand produk A, terus dibenak kita teringat produk A itu produk yang lezat, bergizi, enak, dan juga murah. Dalam hal ini gw ibaratkan produk A itu sebuah makanan. Nah dari sini kita tahu bahwa produk A sudah dikenal oleh konsumen sebagai suatu produk yang lezat, bergizi, enak, dan juga murah, dari situ kita bisa belajar, layaknya sebuah produk yg memiliki nilai jual, manusia pun sebenarnya tidak lebih dan tidak kurang seperti begitu, bagaimana bisa dikatakan demikian?
Coba deh lu liat kalo misalnya ada lowongan pekerjaan, tentu dibutuhkan keahlian atau kriteria khusus untuk bisa bekerja di tempat tertentu, ada banyak faktor yang mempengaruhi brand seseorang atau nilai diri seseorang, kalau umumnya sih dikenal sama outer dan inner beauty, gimana keduanya bisa klop dan seiring sehalauan tentunya. gimana membentuk bran yg baik itu belum bakal gw bahas sekarang, nanti aja gw masih lagi baca buku "Building Personal Brand Equity" berguru dari falsafah lokal untuk meningkatkan ekuitas jenama diri anda. bukunya asyik si gw saranin kalian buat baca juga, entar deh kalo bisa gw review, ok sampe situ dulu.
Senin, 01 April 2019
Antri
Gw buat tulisan ini karena gw lagi alami itu sekarang, pernah gasi lu antri panjang banget sampe rasanya males banget nunggu, gw kali ini sih lagi antri belanjaan, ga terlalu panjang juga, daripada gw gabut ya sambil nunggu antrian mending gw bikin tulisan ini, so banyak jenis antrian baik saat ini di dunia antar setelah di dunia, gw pernah antri di pom ampe 1 kiloan, mungkin kalian pernah mengalami hal yg sama atau bahkan lebih,ketika antri sebenarnya bukan hanya kesabaran kita aja yg diuji, kesetiaan kita juga diuji sob, kita antri lama2 ujungnya cuma sebentar doang melaksanakan tujuan kita, misal pas isi bensin.
Antri juga mengajarkan siapa yg ingin didahulukan ya harus lebih dahulu tanpa memandang status kita sendiri, toh status itu sebenarnya kita sendiri yang membuat kadang aneh juga dengan adanya status tersebut,membuat sebagian golongan terkucilkan atau sebaliknya membuat sebagian golongan merasa berkuasa sekali.
So prinsip keadilan saat ngantri bekerja dengan baik tentunya kecuali ada yg nyerobot ya, budayakan hidup antri, karena ga bakal nyesel deh kalo diikuti.
Antri juga mengajarkan siapa yg ingin didahulukan ya harus lebih dahulu tanpa memandang status kita sendiri, toh status itu sebenarnya kita sendiri yang membuat kadang aneh juga dengan adanya status tersebut,membuat sebagian golongan terkucilkan atau sebaliknya membuat sebagian golongan merasa berkuasa sekali.
So prinsip keadilan saat ngantri bekerja dengan baik tentunya kecuali ada yg nyerobot ya, budayakan hidup antri, karena ga bakal nyesel deh kalo diikuti.
Antri disalah satu mart
Langganan:
Postingan (Atom)